Kamis, 28 Februari 2013

MENYALAKAN LILIN DI DALAM HATI

Biasanya ketakutan tak hadir
Membentak gelapnya malam di kening
Segelap apa pun bayangan mendekati
Dada ini masih berteriak, "Hitamkan rinduku!"

Malam ini bukan tentang jarak,
Hanya secuil keinginan untuk berlalu
Demi hening pada kepala yang ditundukkan
Teruntuk kehilangan-kehilangan di sela resah

Sekian hitam menggelapkan helai-helai rambut
Aku senja di dalam hati, menanggung nyali yang dikucilkan
Mengumpulkan keberanian dalam gelapnya rasa tanpa nama terang
Biar kunyalakan sebatang lilin agar tak karam hati pada remuknya raga

Baca Selengkapnya - MENYALAKAN LILIN DI DALAM HATI

Rabu, 27 Februari 2013

DEBU

Turun entah dari mana
Melayang kesana kemari
Tak dimaui udara, tidak juga dadamu
Beterbangan di sekitarmu, tak berani hinggap

Ingin sesaat mendekat
Hendak memilih bahu ratamu
Terjebak keterasingan, dipaksa meratap
Sekali ingin terlihat olehmu, menanggung kemustahilan

Bagaimana debu bisa berharap
Mendekat pun tersiksa ketakutan
Hanya berani beterbangan dihempas dengus nafasmu
Terlunta pada sekitar dalam semena-menanya penolakan

Baca Selengkapnya - DEBU

Selasa, 26 Februari 2013

WARNA-WARNA DI JENDELA RUMAH

Lalu kuberikan warna pada jendela bening yang lembab dengan embun ini, beberapa warna terang hingga hanya setitik bening tersisa. Agar dari dalam sini bisa kulihat dirimu yang lalu lalang di luar sana.

Dirimu yang hari itu memperhatikan warna oranye di jendela bening rumahku dan membuatmu berjalan merunduk dengan wajah teramat sedih.
Dirimu yang kemarin memaki warna merahku dengan kedua tangan terkepal dan kaki berjalan menjauh terburu-buru.

Aku hanya bisa mengintipmu dari titik bening tersisa di jendela rumahku dengan hati bergemuruh,
"Kapan kau akan mengetuk pintu rumahku dan mengajakku berbicara?" menanyakan oranye di jendela rumahku yang membuatmu murung, memberondongku dengan banyak pertanyaan setelah kemarin warna merah di jendelaku membuatmu begitu marah.
Kapan kau mengetuk pintu rumahku, masuk dan mengajak dirimu mengenali diriku?

Baca Selengkapnya - WARNA-WARNA DI JENDELA RUMAH

Senin, 25 Februari 2013

PELACUR YANG MERINDUKAN HUJAN

Mulutku akan terus meraung,
Setelah semenit dihujani harap
Tentang berhentinya akhir langkah
Dan dipertemukan lagi dengan kelakar

Tubuhku hanya memunguti akad
Dari sumpah-sumpah yang dibuang pada ranjang semalam
Menggapainya dengan kesungguhan untuk beranjak pulang
Seperti hujan di luar kamar, datang membasahi kegersangan

Pelacur ini akan tetap menanti hujan,
Untuk mengadukan tubuh telanjang penuh nodanya dalam doa
"Hentikan dosa di tubuhku yang terlacur, basuhlah demi takdir...,"
Aku pelacur yang merindukan hujan, setia menunggu kelak menghentikan semuanya!

Baca Selengkapnya - PELACUR YANG MERINDUKAN HUJAN

Minggu, 24 Februari 2013

MENCARI BAPAK PADA TUBUH TELANJANG EMAK

Aku melihatnya malam itu, Mak
Tertawa cabul diatas tubuh telanjangmu
Berkilatan diteriaki lampu redup di langit kamar
Dia bapakku! Melenguh dengan peluh deras di sekujur tubuh

Pemilik setengah tubuh ini kutemukan,
Bapak yang kau sembunyikan di kolong gelapnya malam
Tak perlu takdir untuk mencarinya kesana kemari, Mak!
Laki-laki itulah bapakku, laki-laki yang menggauli birahimu

Siapa dia, Mak?
Bukan laki-laki itu yang menindihmu kemarin
Tubuh telanjangmu menjamunya seperti malam bapakku menindihmu
Mereka membuatmu binal di atas ranjang, apakah kau juga mencari bapakku?

Untuk apa mencari bapakmu?
Emakmu ini pelacur, bagaimana mungkin kupilihkan bapak untukmu?
Malam ke malam mengawinkan kemaluan demi menjaga tarikan nafas
"Emakmu ini pelacur, tak akan pernah bisa menunjukkan bapak padamu!"

Baca Selengkapnya - MENCARI BAPAK PADA TUBUH TELANJANG EMAK

Sabtu, 23 Februari 2013

PEREMPUAN YANG TAK PERNAH ADA

Bibirku memerah
Menyalakan bara pada kedua matamu
Bujuk rayumu menyesap bibirku tanpa tanya
Kau terbakar gairah, Pelacurmu siap menjamu...,

Tubuh ini terkoyak
Memperbudak diri pada raga tak kukenali
Seluruh maumu tumpah dalam jiwaku yang menghilang
Kau membeli sejarahku, Perempuan ini budak kemaluanmu...,

Pada ranjang di bilik mesum ini,
Jemari gemetarku menarik pilu selimut penuh noda
Tak hendak memunguti rupiah yang menghujani tubuh telanjangku
Sundalmu merintih memanggil Tuhan, "Aku tak ingin Kau melihatku ternista,"

Hanya sekian menit semuanya usai,
Seterusnya dosa itu melekat penuh hujat padaku
Malam menakutiku, pagi membunuhku...aku tak pernah ada!
Tak pernah dipercayai, bahkan untuk teriakan dalam doa lirih...terbunuh pada raga tanpa ruh

Baca Selengkapnya - PEREMPUAN YANG TAK PERNAH ADA

Jumat, 22 Februari 2013

MENGINGATKAN SENJA DI PELUPUK MATAMU

Kita adalah senja,
Di datangi sunyi setelah benderang
Tersudut dalam lamunan sejenak tentang sendiri
Sesekali damai menenangkan, berkali dibentak ketakutan

Kerap melupa, tapi senja adalah nyata
Harap tak pernah mau diminta untuk diam
Kaki harus tetap tegak meneriaki langkah
Tak mengapa lelah merajai kepala, usaikan resah

Mereka datang menghibur sepi, tapi tidak untuk senja
Biarkan pintu diketuk hati mereka yang merajuk, jangan mencandu
Ingatlah senja di pelupuk mata...syahdu bersama oranye langit di atas sana
"Mengapa harus memilih rebah, kalau sekian jarak hanya ditempuhnya untuk lelucon?"

Baca Selengkapnya - MENGINGATKAN SENJA DI PELUPUK MATAMU

Rabu, 20 Februari 2013

MENGHIDUPI DOSA

Hujan lagi malam ini,
Lamunanku membawa doa menguap
Topeng harus segera kupasang lagi
Merah di bibir, semerbak di sekujur tubuh, aku muak!

Sekali saja aku ingin malam tanpa bedak
Menikmati gerimis dari bawah selimut, tanpa peluh
Memeluk diri sendiri dalam jiwa lengang tak tergadai
Semalam saja tak merajuk pada mereka yang membayar tubuhku

Aku menangis lagi untuk malam ini, Tuhan
Untuk gaun seronok di tubuh yang melacur
Untuk wajah kemerahan yang mengundang birahi mereka
Aku menangis untuk jiwa terampas dari hari yang kuhidupi dengan dosa!

Baca Selengkapnya - MENGHIDUPI DOSA

Senin, 18 Februari 2013

MENUNDA GERIMIS

Jalan-jalan setapak di bahumu yang membawa malam pada jendela besar tempatku menunggu kilau bintang berpulang, menyandarkan hening di raut wajahku yang tak juga jengah menghitung jejakmu mendekat.

Tak ada satu huruf pun yang singgah di telapak tanganku. Lembar-lembar halaman di pelupuk mataku mulai menipis, berlalu ke arah kiri; jalanan yang menjauhiku. Sementara aku masih tak beranjak pada rumah tua yang kau titipkan padaku sewaktu hidup membawamu berjalan-jalan,
"Jangan pernah meninggalkan rumah, seburuk apa pun petaka menunda gerimis...,"

Dan disinilah aku, menjaga semua huruf-huruf yang kau tinggalkan di setiap dinding rumah; selalu membacanya seakan kau masih disini, menghidupkannya kembali pada halaman depan buku sewaktu halaman belakangnya mulai kehabisan kalimat.

Baca Selengkapnya - MENUNDA GERIMIS

Minggu, 17 Februari 2013

ADA LALU TAK BERBEKAS

Pada malam yang datang di telingaku,
Ku kumpulkan kata demi kata tentang jemari tangannya yang menghitung rindu tanpa lelah. Entah apa yang membuat masyuknya malam mengerami hati.
"Angka-angka yang membawamu menjauh dari musim-musim yang hilang itu menakutiku...,"

Dan sewaktu senyumnya semakin kabur untuk diingat, detak jantungnya membentak langkah kaki yang hendak berlari.
"Menertawakan mereka sama perihnya dengan meminta malam berhenti untuk datang...," jadi kenapa tidak kau relakan saja kenangan berjatuhan seperti gerimis yang menghentak ketidakadaan di samping tubuhku, ada lalu tak berbekas...?

Baca Selengkapnya - ADA LALU TAK BERBEKAS

Sabtu, 16 Februari 2013

MEMINTA RINDU TERLEPAS

Kupandangi wajahmu di atas sana, pada langit luas yang terang benderang mengundang dendang,
"Seharusnya aku bisa bersenandung...," kalau saja bisa kutangkap dan memasukkan senyummu ke dalam hidupku.

Tapi tidak,
Sampai batas tak terhingga, yang kulihat hanya wajah murammu yang menunduk,
"Kenapa begitu sulit melepaskan rindu dari mulut&hatimu?" kalau menyimpannya selama ini membuatmu layu tanpa koma, terlunta dihadapanku.

Baca Selengkapnya - MEMINTA RINDU TERLEPAS

Jumat, 15 Februari 2013

MENDATANGI JARAK

Semalam kita mendatangi jarak.
Berbatas jendela bening setinggi resah; kau diluar dengan malam di bahu, aku disini...bersenandung dalam lirik lagu lama.
"Malam membuatku penuh rindu,"
Aku menatap helai-helai rambut panjangmu yang mulai abu-abu,
"Malam membuatku terjaga...,"

Kita tak pernah membicarakan malam sampai pagi kesekian, hanya mampu saling membungkam kata, terdiam dihujat sepi,
"Pagi ini jarak kita bentangkan lagi.."

Baca Selengkapnya - MENDATANGI JARAK

Kamis, 14 Februari 2013

HIDUPLAH DISINI

Seperti halaman-halaman buku yang kubaca sedari pagi hingga malam,
Kata demi kata yang bertebaran dalam ingatanku mulai memenuhi halaman belakang rumah bersama berisik gerimis yang menghidupi daun-daun muda...kau tertanam lekat pada tanah basahnya.
"Aku tak mau menghidupkanmu di halaman depan...," kala gelisahku sudah lebih dulu memenuhi sesak dada dengan ketakutan.

Hiduplah disini, di tempat aku menghirup aroma kopi pahit dengan hela nafas panjang dalam pejam mata yang di buai magis wangi basahnya tanah dan rumput-rumput muda.

Disini saja, di halaman belakang yang menangkap magisnya malam tanpa siapa pun, hanya denganku yang belum juga memperbolehkanmu terlihat oleh mekar kembang-kembang kertas di halaman depan.

Baca Selengkapnya - HIDUPLAH DISINI

Rabu, 13 Februari 2013

DESEMBER DI JANUARI

Sepanjang jalan kularung resah
Tersungkur dalam gelimang air mata
"Aku hidup bukan dari huruf-huruf, aku ada...,"
Kenapa hanya kau baca puisi-puisiku?

Desember basah merebut hati,
Terjungkal rindu-rindu yang hening
Sejengkal pun tak kutinggalkan rumah
Meski Desember kembali di Januari, "Aku masih menunggu...,"

Setua kelabunya helai-helai rambut
Kayu-kayu melapuk di dalam hati, lelah dimakan musim
Tak lagi berani kunanti sapa, sejak bisu merebutmu dariku
Ini sudah Januari, tapi Desember terus menyakiti kebisuan

Aku tak lebih dari huruf-huruf berserakan yang kau punguti
Tetap kau tusukkan pada garis-garis halus telapak tanganmu
Desember mendatangi Januari lagi, memakiku dengan gemuruhnya
Bukan aku yang meniadakanmu, tapi heningmu yang meminta Desember kembali di Januari,"

Baca Selengkapnya - DESEMBER DI JANUARI

Selasa, 12 Februari 2013

BERGUMAM PADA MALAM

Malam meninggalkanku disini,
Terjerembab pada laranya jiwa
Dirajam sepi yang mengundang hening
Pada malam yang tak mampu menghadirkanmu...

Di bagian mana kau sebut rasa?
Pada sekian kehilangan tak berkhabar,
Hening meninggikan resah tanpa jawab?
Aku membacamu untuk sekian kealpaan, sunyi

Sewaktu separuh nafas menyeru rindu,
Manakala dunia menakutiku, tak lagi ada rasamu
Sekali saja berharap kau ada, menamai kekosongan
Hingga terus bergumam, "Tak satu malam pun tanpa namamu,"

Baca Selengkapnya - BERGUMAM PADA MALAM

Senin, 11 Februari 2013

PEREMPUAN DALAM BAYANG-BAYANG HITAM

Akulah yang meraung,
Meratap pilu pada dinding bisu
Roboh dengan tubuh tercela, dimaki sekian caci
Berandai-andai rindu menyelamatkan setengah sisa harap

Sepanjang pagi terbeliak,
Membentak noda yang tak juga hendak pergi
Ratusan kali menundukkan sesal dalam doa-doa basah
Aku hanya ingin pulang, menutup pintu rapat-rapat...menghilang

Bayang-bayang hitam terus menuduh pagiku
Tak henti berteriak menertawakan sejarah gelap di tubuh
Sebahagia itukah takdir menistakan malam-malamku dibawah tindihanmu?
Ketika kau terbahak menikmati ketelanjanganku, dan aku memakimu dengan doa...

Perempuan dalam bayang-bayang hitam ini meraung!
Menolak dilaknat birahi yang menghidupi jalan-jalan pulang
Tak juga lelah meminta pagi menyudahi semua pengkhianatan di bilik mesum
Aku hanya ingin pulang pada doa yang kulafalkan dalam tubuh terlacur, Tuhan!

Baca Selengkapnya - PEREMPUAN DALAM BAYANG-BAYANG HITAM

Minggu, 10 Februari 2013

UNTUK HITAM DI CERUK MATAMU

Tanya tak akan lepas,
Untuk hitam yang kau sembunyikan
Meski jari-jarimu menggapai, meminta usai
Apakah kau hendak mengakhirinya dengan maumu?

Dari tawa yang kau bayar,
Dengan kematian dari mulut pintu
Kau mengundangnya untuk segera datang
Meski air mata terus mengingatkan, "Aku pemilik nyawaku!"

Candu itu terlanjur menamaimu karib,
Di undang untuk semalam keceriaan semu
Terjamu dalam tubuh kalut enggan bergelut
Untuk hitam di ceruk matamu, biarkan kematian membungkammu!

Baca Selengkapnya - UNTUK HITAM DI CERUK MATAMU

Sabtu, 02 Februari 2013

PEREMPUAN TANPA NAMA BELAKANG

Dari ruang gelap ini aku lahir,
Tanpa setitik cahaya menapaki langkah
Bukan dengan siapa pun menghidupkan nafas
Sendiri..., merangkak untuk mati surinya takdir

Dalam hitamnya lorong panjang
Ragaku tak pernah memilih untuk ada
Pernah melawan asingnya ketelanjangan
Lalu terjerembab ke dasar jurang pengingkaran

Disini kupunguti nama belakang,
Dalam tubuh telanjang, dihalau merahnya darah
Mencarimu dari malam ke malam, entah kapan berakhir
"Aku perempuan tanpa nama belakang, menanti akad menyelamatkan...,"

Baca Selengkapnya - PEREMPUAN TANPA NAMA BELAKANG