Minggu, 14 Oktober 2012

SEPERTINYA ADA

Semalam aku pergi lagi ke tempat itu, tempat yang menyembunyikan langkah kaki dan tengadah tanganku yang meminta angin menghembuskan aroma kembang-kembang kopi padaku.
Tidak ada yang kuminta lagi dari tempat itu, aku hanya ingin terjebak lagi padanya. Terperangkap pada senyum yang tertanam di belakang tipis cuping telinganya, tertangkap kata-kata yang terbiasa menidurkanku dengan biusnya.
"Kau masih menghuni ruangan ini,"
"Dimana aroma kembang kopi itu kalau aku masih menghunimu?"

Tak ada satu pun yang lalu terdengar menghampiri telingaku.
Lama aku menunggu jawabanmu;mengingat tempat itu.

Padamu ada jendela besar yang memasukkan aroma kembang-kembang kopi itu ketika mataku membukanya. Ada aku diluar jendelamu, berlarian kesana kemari dan tertawa terbahak-bahak dengan kaki basah dijilati embun pagi.
"Hanya aroma kembang kopi dan dirimu yang tak lagi ada di luar jendelaku,"

Hanya itu yang hilang;sekujur tubuhku yang terampas darimu sejak aku terpaksa memberanikan diri bersembunyi darinya yang katanya ada.
Sepertinya pernah ada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan "cacian"mu dan ajarkan saya agar tetap bisa "menunduk"