Minggu, 09 Oktober 2011

SURAT HATI SURTINAH

Surtinah meraung-raung dibawah kakimu
"Jangan tinggalkan aku dan anak-anak buah keperkasaanmu,"
Kakimu menjejak matanya yang terus meretas airmata
Penyulut hati sudah tak mungkin kau percikkan
"Surtinah sudah layu!"

Surtinah meminta pada malam berbulan penuh
" Aku air terjun yang menyusuimu di masa-masa kau tak beribu,"
Tegak dongak kepalamu pada lautan bintang meludahi harapnya
Kelindan kisah lalu yang jatuh bangun sudahlah mengusang
"Surtinah tak punya malu!"

Surtinah meronta-ronta diantara baju-bajumu yang tersisa
"Bau keringatmu kupuja untuk sekian doa-doa suci,"
Lantang kerasnya suaramu menggelegak memecah kekultusan asmara
Getar pinta seputih kapas bukan lagi pikat pasungmu untuk prasasti akad
"Surtinah hanya fosil!"

Surtinah membakarmu pada dupa-dupa magisnya malam keramat
Memintamu kembali meski hanya tubuhmu yang tanpa nyawa
Surtinah membasuhmu dengan lagu-lagu tanpa sayatan nada pilu
Memaksamu pulang kembali dan menyumpal mulutmu dengan hatinya yang merah darah

Surtinah marah
Surtinah mati sebelum sempat kau kembalikan semuanya
Surtinah lelah
Surtinah menulis surat untuk kiamatnya kedigdayaan biadabmu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan "cacian"mu dan ajarkan saya agar tetap bisa "menunduk"