Kubur itu bertumpuk kisah
Berbisik tentang lalu lalangnya resah
Menahan puluhan gelisah
Dan menidurkan pinta yang rebah
Pernah kutanyakan pada nisan,
"Cukupkah sekali berucap lalu lupa berkelindan?"
Tak sekali pun kisah itu dinyanyikan
Berawal dalam tanya dan terbentur pengingkaran
Diam terus bertingkah,
Merajam jejak tanpa langkah
Memutus nadi tak menyisa darah
Lalu meninggalkan gundah yang merajah
Sekali lagi kutanya pada diam,
"Apakah sunyi selalu bias ketika kita bungkam?"
Bisu lagi menghambur pada gurindam,
Bahkan tanya pun terus melipat malam
Berbisik tentang lalu lalangnya resah
Menahan puluhan gelisah
Dan menidurkan pinta yang rebah
Pernah kutanyakan pada nisan,
"Cukupkah sekali berucap lalu lupa berkelindan?"
Tak sekali pun kisah itu dinyanyikan
Berawal dalam tanya dan terbentur pengingkaran
Diam terus bertingkah,
Merajam jejak tanpa langkah
Memutus nadi tak menyisa darah
Lalu meninggalkan gundah yang merajah
Sekali lagi kutanya pada diam,
"Apakah sunyi selalu bias ketika kita bungkam?"
Bisu lagi menghambur pada gurindam,
Bahkan tanya pun terus melipat malam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan "cacian"mu dan ajarkan saya agar tetap bisa "menunduk"