Senin, 18 Februari 2013

MENUNDA GERIMIS

Jalan-jalan setapak di bahumu yang membawa malam pada jendela besar tempatku menunggu kilau bintang berpulang, menyandarkan hening di raut wajahku yang tak juga jengah menghitung jejakmu mendekat.

Tak ada satu huruf pun yang singgah di telapak tanganku. Lembar-lembar halaman di pelupuk mataku mulai menipis, berlalu ke arah kiri; jalanan yang menjauhiku. Sementara aku masih tak beranjak pada rumah tua yang kau titipkan padaku sewaktu hidup membawamu berjalan-jalan,
"Jangan pernah meninggalkan rumah, seburuk apa pun petaka menunda gerimis...,"

Dan disinilah aku, menjaga semua huruf-huruf yang kau tinggalkan di setiap dinding rumah; selalu membacanya seakan kau masih disini, menghidupkannya kembali pada halaman depan buku sewaktu halaman belakangnya mulai kehabisan kalimat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan "cacian"mu dan ajarkan saya agar tetap bisa "menunduk"