Besok, pada tiga tahun lalu...
Kita bertemu lagi di stasiun tua
Gegap hatiku menujumu
Bekas kekasih yang berisitri
Kau masih laki-laki durjana
Tempatku berlari dari kepunahan
Instingmu mengendus aku
Kau Tuhanku untuk keterasingan
Setelah mencoba bertahan,
Pahit lidahmu memanglah cambuk
Berkali kau teriakkan,
"Tegaklah pemimpi! Injak!"
Aku terus menggigil takut dibalikmu
Mengintip pun kutak berani
Terluka mata kejimu menyayat laluku
Peluk, peluk dan peluk...lunaslah salah
Ketika setahun lalu tepat dimalam ini,
Aku tersungkur penuh airmata dalam tubuh bergetar
Kau meninggalkanku lagi untuk mati, selamanya
Dari jauh pun kutak mampu memelukmu yang mencintaiku
Mata dan tawa panjang itu hadiah terakhir darimu
Kau mau aku pulang kalau aku lelah berjuang
Aku pulang karena tak ada lagi yang menganggapku pejuang
Melipat semua mimpi meski terus kau cambuk aku di alam barzah
San,
Jadikan aku sesuatu untuk diriku sendiri
Untukku yang tak pernah mendengar mauku
Demi awalku menuju kotamu menelanjangi mimpi
Hanya sekedar menggenggam bara beraninya hati
Meski tak lagi tanpamu
Meski kutahu kau tetap ada dibelakangku
Meski doaku tak pernah sampai dibasahnya tanah pemakamanmu
menarik, keep writing yah
BalasHapussimpan dulu, endapkan, dan tulis. pasti jadi lebih menarik
@ mas Rori :
BalasHapusDua orang, termasuk mas, yang bilang ke saya untuk
"Simpan dulu dan endapkan..."
Bagi tiupsnya mas, please.
Thank sudah nyempatin mampir kemari mas, kangen.