Pulang kita berteman cekat dinginnya malam
Tindas saja semua mau dengan ketidakmauanmu
Panaskan bara api dalam hati yang tadi dipaksa diam
Pahit memang, sesap saja biar tunai maumu
Rebus semuanya tanpa pemanis
Biarkan pahitnya membuat malam-malam kita benderang
Wahai pemilik siang, pernahkah kau tahu malam-malam kami yang teriris?
Secangkir kopi pahit selalu mengingatkan, "Malam saatnya kita terbang,"
Setiap malam kerap mendekatkan angan dengan bau kakus
Melulu tentang cinta yang terputus dan mimpi yang berkhianat
Lalu sepi membuat rindu akan cinta kekasih yang tulus
Malam pun mengingatkan mau yang dulu masih begitu menyengat
Kini tawa hanya sesekali mengobati lelah
Tulus sudah bukan lagi keharusan
Semua ricuh berpolah dan mengupas kulit demi jadi bedebah
Tidak lagi ada permisif bagi pelayan, kalian semua tempayan
Tindas saja semua mau dengan ketidakmauanmu
Panaskan bara api dalam hati yang tadi dipaksa diam
Pahit memang, sesap saja biar tunai maumu
Rebus semuanya tanpa pemanis
Biarkan pahitnya membuat malam-malam kita benderang
Wahai pemilik siang, pernahkah kau tahu malam-malam kami yang teriris?
Secangkir kopi pahit selalu mengingatkan, "Malam saatnya kita terbang,"
Setiap malam kerap mendekatkan angan dengan bau kakus
Melulu tentang cinta yang terputus dan mimpi yang berkhianat
Lalu sepi membuat rindu akan cinta kekasih yang tulus
Malam pun mengingatkan mau yang dulu masih begitu menyengat
Kini tawa hanya sesekali mengobati lelah
Tulus sudah bukan lagi keharusan
Semua ricuh berpolah dan mengupas kulit demi jadi bedebah
Tidak lagi ada permisif bagi pelayan, kalian semua tempayan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan "cacian"mu dan ajarkan saya agar tetap bisa "menunduk"