Katanya kata-katamu
Kau melihatnya melacur
Melihatnya bulat-bulat telanjang
Melihatnya tertawa buas diatas tubuh para lelaki itu
Katanya kata-katamu
Dia perempuan sundal paling binal
Dia puas tiap kali kulit tubuhnya dijilati laki-laki
Dia lepas manakala malam menjadikannya pelakon jalang
Bagi perempuan yang katamu pelacur itu,
Kau tak pernah tahu siapa mereka
Kau tak kenali ratapan matanya ketika kelaminnya tercabik-cabik
Kau tak pernah rasakan jiwanya yang menista tubuhnya tiap pagi
Katanya katamu,
Mereka semua pelacur
Pelacur penjual kemaluan
Pelacur selalu bisa dilacurkan
Kata para pelacur itu,
Kata-katamu melacurkan para pelacur
Kata-katamu lebih kotor dari kemaluan kami
Ketika kata-katamu melacurkan kami, kaulah pelacur yang melacurkan kami!
aku suka puisi ini mbak, pesannya jelas agar kita selalu berhati-hati dalam banyak hal. termasuk menggunakan kata yang sering kita tuduhkan, padahal dengan sendirinya kita berperan sebagai predikat yang otomatis melekat.
BalasHapussalam
@ Mas Budi Sudarmanto :
BalasHapusPenulis tetap punya tanggungjawab moral mas Bud.
Terlebih kepada obyek tulisan yang "dikucilkan" seperti pelacur.
Jangan sampai, kata-kata kita makin melacurkan "mereka". Sadistis.