Selasa, 25 Oktober 2011

KETIKA KATA -KATA MELACURKAN PARA PELACUR

Katanya kata-katamu
Kau melihatnya melacur
Melihatnya bulat-bulat telanjang
Melihatnya tertawa buas diatas tubuh para lelaki itu

Katanya kata-katamu
Dia perempuan sundal paling binal
Dia puas tiap kali kulit tubuhnya dijilati laki-laki
Dia lepas manakala malam menjadikannya pelakon jalang

Bagi perempuan yang katamu pelacur itu,
Kau tak pernah tahu siapa mereka
Kau tak kenali ratapan matanya ketika kelaminnya tercabik-cabik
Kau tak pernah rasakan jiwanya yang menista tubuhnya tiap pagi

Katanya katamu,
Mereka semua pelacur
Pelacur penjual kemaluan


Pelacur selalu bisa dilacurkan

Kata para pelacur itu,
Kata-katamu melacurkan para pelacur
Kata-katamu lebih kotor dari kemaluan kami
Ketika kata-katamu melacurkan kami, kaulah pelacur yang melacurkan kami!

2 komentar:

  1. aku suka puisi ini mbak, pesannya jelas agar kita selalu berhati-hati dalam banyak hal. termasuk menggunakan kata yang sering kita tuduhkan, padahal dengan sendirinya kita berperan sebagai predikat yang otomatis melekat.

    salam

    BalasHapus
  2. @ Mas Budi Sudarmanto :
    Penulis tetap punya tanggungjawab moral mas Bud.
    Terlebih kepada obyek tulisan yang "dikucilkan" seperti pelacur.
    Jangan sampai, kata-kata kita makin melacurkan "mereka". Sadistis.

    BalasHapus

Tinggalkan "cacian"mu dan ajarkan saya agar tetap bisa "menunduk"