Berkelindan janjinya di dekat harapan-harapan yang entah. Sudah hampir usai kisah hendak ditutup. Ketika tiba di hadapan hati, sunyinya diketuk janji.
"Hampir saja ku-dudukkan rasa pada resah, " saat matanya berbinar meminta berkunjung. Janji-janjinya mulai bernyanyi, tapi senandungnya serupa lagu-lagu lama: sunyi
Baca Selengkapnya - NYANYIAN SUNYI
The Darkness of Satire
Semua kegelapan membutuhkan ruangnya untuk tetap gelap dan dibiarkan jujur tanpa ada yang berhak atas nama apa pun untuk meleburnya. Apa saja yang tidak bisa diteriakkan disana, akan liar dan tumpah dalam ruangannya sendiri disini, sekedar untuk tetap bisa menjadi tegak dan jujur atas apa yang diyakini.
Rabu, 04 September 2024
Senin, 15 Mei 2017
BERCANDA DENGAN KEHILANGAN
Pada daun-daun pernah kutanyakan tentang kemana Kau menghilang:embun bergeming, pagi terdiam. Aku menakar waktu dalam bejana rindu dengan senandung,
"Tak ada gelisah yang bersuara," dan sekian takdir Tuhan berjalan bersama angka-angka tak terhitung.
Hilang itu diam.
Tak ada itu kelam. Hanya kelakar yang menangkap kehilangan: di balik tubuh merunduk dalam tunggu. Aku tahu Kau pun menunggu, di kejauhan sana, sedang bercanda dengan sesal.
Baca Selengkapnya - BERCANDA DENGAN KEHILANGAN
"Tak ada gelisah yang bersuara," dan sekian takdir Tuhan berjalan bersama angka-angka tak terhitung.
Hilang itu diam.
Tak ada itu kelam. Hanya kelakar yang menangkap kehilangan: di balik tubuh merunduk dalam tunggu. Aku tahu Kau pun menunggu, di kejauhan sana, sedang bercanda dengan sesal.
Sabtu, 28 Desember 2013
MATA IBU
Degung Bali berjalan pulang menyusuri tubuh semampai para Pinus. Mentari menyorot perlahan pada alunan kakinya. Bayangan-bayangan masygul mengajaknya berlarian kesana kemari, seperti berseru sesuatu, tapi hening.
"Jalanan Canggu msh tertidur," memeluk bumi teramat liat. Tubuhnya serupa tanah pekarangan rumah lama,
"Sepanjang Tukad, cerita tak pernah lepas dari rajutan,"
Baca Selengkapnya - MATA IBU
"Jalanan Canggu msh tertidur," memeluk bumi teramat liat. Tubuhnya serupa tanah pekarangan rumah lama,
"Sepanjang Tukad, cerita tak pernah lepas dari rajutan,"
Katanya,
"Kemarin aku mengingat Ibu, matanya serupa matamu...,"
Jumat, 27 Desember 2013
YANG PERNAH ADA
Malam belum mau pergi. Ada yang dicarinya dengan kening yang tekun menekuri setiap sudut rumah. Matanya berkilatan menatap sejarah yang telanjang pada tubuhku.
"Hanya jiwanya yang tertinggal disini. Tubuhnya sudah lama tidak bersamaku," tidak perlu kau cari, karena tak akan kau temukan apa pun disini selain kenangan.
"Aku pernah ada padamu...!" pada puluhan tanya yang bergema di ruang kosong tanpa salam dan pamit, tak hendak kembali, pun sekedar untuk memaafkan kenangan. Terpilih menjadi sejarah, tak pernah mengundang gelisah.
Baca Selengkapnya - YANG PERNAH ADA
"Hanya jiwanya yang tertinggal disini. Tubuhnya sudah lama tidak bersamaku," tidak perlu kau cari, karena tak akan kau temukan apa pun disini selain kenangan.
"Aku pernah ada padamu...!" pada puluhan tanya yang bergema di ruang kosong tanpa salam dan pamit, tak hendak kembali, pun sekedar untuk memaafkan kenangan. Terpilih menjadi sejarah, tak pernah mengundang gelisah.
Kamis, 26 Desember 2013
SEKOTAK TANAH PEMAKAMAN
Huruf-huruf namanya bersembunyi dalam kotak kayu yang terkunci rapat. Corak serat kayu itu bercermin pada gerimis di luaran. Tak ada yang berani menyela,
"Bolehkah sekedar numpang duduk di beranda rumahmu?"
Bukan waktu yang sedang bertanya, entah...mungkin kenangan yang sedang bertandang, hendak meminta kembali namanya atau bahkan akan menambahkan tanah pekuburan di atas kotak kayu yang padanya masa lalu dikuburkan.
Baca Selengkapnya - SEKOTAK TANAH PEMAKAMAN
"Bolehkah sekedar numpang duduk di beranda rumahmu?"
Bukan waktu yang sedang bertanya, entah...mungkin kenangan yang sedang bertandang, hendak meminta kembali namanya atau bahkan akan menambahkan tanah pekuburan di atas kotak kayu yang padanya masa lalu dikuburkan.
Rabu, 25 Desember 2013
PENGHUJAN DI MUSIM LALU
Malam masih tinggal di kedua matanya yang terjaga. Ada risau pada tangga-tangga tak tinggi di keningnya.
"Tidurlah.., malam belum mau diusir pagi," tak mungkin bisa kau jaga pelangi yang terlihat pun mustahil di gelapnya hari.
Baca Selengkapnya - PENGHUJAN DI MUSIM LALU
"Tidurlah.., malam belum mau diusir pagi," tak mungkin bisa kau jaga pelangi yang terlihat pun mustahil di gelapnya hari.
Malam menghuni dadanya yang tak lagi lapang seperti penghujan di musim lalu. Gelisah tetap setia mengerak di bawah anak-anak tangga keningnya.
"Tidurlah.., pagi pasti menggantikan semua, pun yang kau hidupkan semalaman,"
Selasa, 24 Desember 2013
RINDU YANG BERCERMIN
Kembali dekat pada rimbun hutan Cemara yang menjulang tinggi, dengan jemari tangan mengiba pada pinggiran selimut kusam, lalu bernafas perlahan seusai doa-doa yang basah...., masih sama persis hangatnya dgn mengingat kisah pada kerak secangkir kopi yang dulu tak pernah tandas tanpa sapa dan salam,
"Sekian pintu kuketuk dengan rindu,"
"Bertemukah kau dengan cinta di matanya?"
Hening menyenggamai jarum jam yang terlanjur terengah, mampukah rindu bercermin?
Baca Selengkapnya - RINDU YANG BERCERMIN
"Sekian pintu kuketuk dengan rindu,"
"Bertemukah kau dengan cinta di matanya?"
Hening menyenggamai jarum jam yang terlanjur terengah, mampukah rindu bercermin?
Senin, 23 Desember 2013
CINTA YANG TERLAMBAT PULANG
Gerimis pulang pada sekujur tubuh yang sedang masyuk digumuli selembar selimut tebal. Rintik-rintiknya begitu saja telanjang, bening terbaca,
"Aku Cinta yang terlambat pulang,"
Tubuhnya pernah kehilangan nama, juga cerita, tapi matanya tak pernah terpejam pun di saat semua harus tertidur,
"Setiap doamu tak pernah lepas dari kedua mataku," setiap katanya membuat kemarau tak pernah didatangi berita-berita kematian, pun kehilangan, hanya Cinta yang pulang.
Baca Selengkapnya - CINTA YANG TERLAMBAT PULANG
"Aku Cinta yang terlambat pulang,"
Tubuhnya pernah kehilangan nama, juga cerita, tapi matanya tak pernah terpejam pun di saat semua harus tertidur,
"Setiap doamu tak pernah lepas dari kedua mataku," setiap katanya membuat kemarau tak pernah didatangi berita-berita kematian, pun kehilangan, hanya Cinta yang pulang.
Langganan:
Postingan (Atom)