Senin, 21 November 2011

SEJAK KUKEMASI KETIADAANKU


Aku bukan karang
Aku juga bukan ombak
Aku puing yang berkeping dan terpendar
Aku  luka yang bersembunyi di balik kematian

Aku tak ada di mana pun
Tak pernah kau lihat dan rasakan
Kerap ingin nyata meski selalu mentah
Aku kematian yang datang di tiap inginku terbunuh

Kau terus memintaku mati
Terus menguburku tanpa nisan ketika aku inginkan cinta
Terus mencabik-cabik nadiku ketika aku hendak bersandar
Dan ka u terus meng injak-injak hatiku

Tidakkah kau lihat darah dikedua mataku yang buta?
Bisakah kau raba denyut jantungku yang tak pernah bernama?
Aku tersungkur untuk sekian kecewa saat kudendangkan doa kematian
Kembali teringat, "Tak akan pernah ada lagi mahkota rasa sejak kukemasi ketiadaanku..."

5 komentar:

  1. gak ada spasi mbak yg satu ini nulis...
    update terus....
    hebat....saluut sy mbak

    BalasHapus
  2. @ Taofan Nalisaputra :
    Duh, malah aku yg jadi gak enak hati neh dhek, bikin puisi kayak update status FB aja.
    Mohon koreksinya dhek.

    BalasHapus
  3. ya sampe kalo liat dasbor aku psotingannya gak tau mau liat yg mana dulu n komen yg mana...

    BalasHapus
  4. @ Taofan Nalisaputra :
    Ya gak usah begitu bangetlah dhek, yg bikin kamu tertarik dan menarik buat dikomentarin aja yang "di hajar."

    BalasHapus

Tinggalkan "cacian"mu dan ajarkan saya agar tetap bisa "menunduk"