Sabtu, 28 Desember 2013

MATA IBU

Degung Bali berjalan pulang menyusuri tubuh semampai para Pinus. Mentari menyorot perlahan pada alunan kakinya. Bayangan-bayangan masygul mengajaknya berlarian kesana kemari, seperti berseru sesuatu, tapi hening.
"Jalanan Canggu msh tertidur," memeluk bumi teramat liat. Tubuhnya serupa tanah pekarangan rumah lama,
"Sepanjang Tukad, cerita tak pernah lepas dari rajutan,"

Katanya,
"Kemarin aku mengingat Ibu, matanya serupa matamu...,"

3 komentar:

Tinggalkan "cacian"mu dan ajarkan saya agar tetap bisa "menunduk"