Aku hanya perempuan,
Berpuluh hari menantimu
Selebihnya ku sembunyikan kecewa
Kau tak pernah ada ; sibuk mendongakkan dagu
Aku tetaplah perempuan,
Mengampuni khianat dalam sekejap
Setelahnya aku tersungkur pada ketakutan
Kau tak ada disini ; masih berlari mengejar diri
Aku masih seorang perempuan,
Menunggu kata cinta dari dalam kelambu
Gagu sesudah persetubuhan di atas ranjang berderit
Kau tak meninggalkan akad ; kemaluan tak harus berjejak
Aku perempuan berwajah pucat,
Menekuri garis-garis hidup pada sebenar-benarnya kesalahan
Tawa dan tangisku tak akan pernah bisa kau baca ; kau yang tak ada
Aku tetaplah perempuan berwajah pucat untuk doa-doa di bawah telapak kaki
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan "cacian"mu dan ajarkan saya agar tetap bisa "menunduk"