Sekali tertulis puisi untuk yang mekar dengan warna merah di kedua pipimu,
"Dia kutemui di stasiun kota tua," sama-sama mencari entah, lalu dipertemukan kembali pada hari dimana tanya tak terjawab. Sekali kemudian, terbaca sajak berwarna kuning di kedua matamu.
Saat kembang-kembang Kertas bertemu musim mekar, November penuh warna, juga mendung di dadaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan "cacian"mu dan ajarkan saya agar tetap bisa "menunduk"