"Jalanan Canggu msh tertidur," memeluk bumi teramat liat. Tubuhnya serupa tanah pekarangan rumah lama,
"Sepanjang Tukad, cerita tak pernah lepas dari rajutan,"
Katanya,
"Kemarin aku mengingat Ibu, matanya serupa matamu...,"
Semua kegelapan membutuhkan ruangnya untuk tetap gelap dan dibiarkan jujur tanpa ada yang berhak atas nama apa pun untuk meleburnya. Apa saja yang tidak bisa diteriakkan disana, akan liar dan tumpah dalam ruangannya sendiri disini, sekedar untuk tetap bisa menjadi tegak dan jujur atas apa yang diyakini.
Katanya,
"Kemarin aku mengingat Ibu, matanya serupa matamu...,"
Aku teringat sesuatu....
BalasHapusSalam.
Teringat apa...?
BalasHapusSalim.
kehilangan sense membaca puisi mu (gara2 lama ga nulis ne diriku)
BalasHapus