Sabtu, 19 Oktober 2013

SANG PENYAIR

Lalu penyair itu pulang dengan setumpuk buku puisi yang kemarin menjadikannya raja di mata para hamba.
Di keningnya pesta pora kehilangan gemerlap lampu; puja-puji merunduk menuju tanah pemakaman.
"Sesepi itukah kehabisan pesta saat arak masih membuatmu mabuk?"

Ah, menatap langkahnya saja dia tak lagi berani..., bagaimana mungkin ikut berpesta dengan sisa arak di mulutnya; berdecak kagum untuk hari-hari sebelum pesta yang lebih dulu diingkarinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan "cacian"mu dan ajarkan saya agar tetap bisa "menunduk"