"Bagiku, tak mungkin sibuk bersilat lidah dengan hujan dan kemarau, sementara dia mempertahankan hidup dari tubuhku...,"
Sejak itu, aku melihatmu memeluknya tanpa jeda, tak sekali pun melihat gerimis dan pagi yang oranye,
"Lambat laun, kami makin membutuhkan satu sama lain...," dia yang terdekat dengan jantung dan airmataku, mustahil bagiku berbagi cerita pada gerimis dan kemarau yang hanya bertamu dengan puluhan cerita mereka, tanpa telinga di dadaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan "cacian"mu dan ajarkan saya agar tetap bisa "menunduk"