Di sisi mana sebenarnya tubuh tegakmu setia menetap pada raut wajahku sedari kita mulai bercerita tentang pagi di dada masing-masing?
Pertanyaan itu seperti pita kaset tua yang terus diputar sampai jatuh renta, nyaris tidak mampu lagi mengeluarkan suara.
"Aku merasakan detak jantungmu dari tanah basah di pagi yang gelap...," pada garis-garis wajah yang tak mungkin bisa kau baca dengan baik saat sibuk dengan jarum jam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan "cacian"mu dan ajarkan saya agar tetap bisa "menunduk"