Ditumpahkannya amarah disana, pada pagi yang masih mendengkur dengan kemaluannya yang keras,
"Kopi panasmu sudah di atas meja, bangunlah! Berteriaklah dengan kemaluan yang kau banggakan itu pada dunia untuk mulut anak-anakmu yg mencicit,"
Di matanya tak ada yang lain; ibunya membungkuk dalam renta, tersedu... teringat pilu dibawah tindihan suaminya yang semalam meminta haknya tanpa mengingat wajah ibuku yang kelaparan sedari kemarin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan "cacian"mu dan ajarkan saya agar tetap bisa "menunduk"