Berjalanlah pulang pada jarak-jarak sejengkal yang malam itu diingat mimpi sebagai masa bepergiannya tembok-tembok kaku tanpa raut muka di dasar hati.
Berjalanlah perlahan...sangat perlahan, agar hatimu tak perlu risau menghitung langkah untuk kaki yang tak pernah benar-benar keluar dari pintu pucat dalam matamu.
"Jangan berkhabar apa pun pada gerimis yang menanggung rindu....," pada musim penghujan yang hendak dihapus kemarau; terusir mimpi sejak mata tak berani terpejam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan "cacian"mu dan ajarkan saya agar tetap bisa "menunduk"