Jatuh tetesnya menuruni selokan
Gang-gang sempit masih terlelap
Tidak ada senyum, matanya lapang
Gerimis menderas di bahu ibu
Susah payah dihalaunya dengan waktu
Hari ke hari kian lembab di atas ranjang
Bapak saja yang mendengkur, ibu terjaga
Deru nafas bapakmu adalah ritual, nduk
Sekejam apa pun nyeri di pinggul tuaku,
tak akan didengar surga di tubuhnya yang mengkilat
Baca saja sejarahku dari mata, jangan tanya bapakmu
Wangi shampoo di rambut ibu membangunkan pagi
Menggugah Tuhan dengan doa yang makin lirih
Anak-anak perempuan menanggung setia sampai mati
Kenapa Ibu tak membentak tuhannya yang mendengkur?
Deru nafas bapakmu adalah ritual, nduk
Baca saja sejarah dari mataku, jangan bentak bapakmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan "cacian"mu dan ajarkan saya agar tetap bisa "menunduk"