Senin, 24 Juni 2013

CERITA TENTANG PELANGI

Aku mengingatmu sebagai pelangi,
Tepat setelah sekian lama umur berkurang, hujan menyembunyikanmu. Hatiku tak mampu menemukan segaris bening gemericik air di saat kemarau terlalu diam. Meski masih kuingat dengan baik sungai itu mengalur di dada.

Aku menamaimu Pelangi,
Yang datang setelah hujan di sudut kiri mata. Membawa sekeranjang penuh obrolan panjang yang membuat rindu tiba-tiba rabun. Diam-diam hatiku memelihara raut wajahnya di ruang hati yang lain. Gemericik air dari bukit di atas gelisah mulai menggantikan dia yang kemarin.

Aku menyebutmu dalam doa dengan warna-warna pelangi,
Basah dibasuh airmata, sewaktu lirih kudengar perlahan langkah kakimu berlalu. Menyisakan takdir untuk kembali pada masa lalu, meminta Tuhan menghentikan semua; membaca baik-baik jarak dan ruang-ruang kosong tanpa peziarah.
"Pelangi..., pernahkah kau jatuh rindu begitu hebat padanya yang tak sekali pun pernah menatapmu di bawah terang matahari?"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan "cacian"mu dan ajarkan saya agar tetap bisa "menunduk"