Sibuk berlarian kesana kemari memunguti namanya yang berjatuhan pada tanah kelahirannya.
Dadanya bergemuruh dihantam badai di tengah mimpi.
"Puisi-puisiku tak akan mungkin berkhianat....," sejak bayi mereka telah kususui pada singgasana berukir emas.
"Tapi hari ini puisi-puisimu melucuti namamu,"
Raja-raja kecil gaduh diseduh larik-larik puisinya yang mendidih karena muak.
Tiada henti berkasak-kusuk sambil menjahit satu demi satu huruf-huruf namanya yang berjatuhan.
Raja-raja kecil itu mengadu pada tuhan, tuhannya masygul.
"Hei, aku masih tuhanmu...kenapa kalian tak lagi mengenaliku?"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan "cacian"mu dan ajarkan saya agar tetap bisa "menunduk"