Sabtu, 20 April 2013

RENTA CINTA DALAM CANGKIR KOPI

Sedari pagi, halaman belakang rumah kecil yang lembab itu bertamu di dadaku.
Mengetuk pelan dengan kenangan. Lirih, serupa desau.
"Aku masih mengenalimu,"

Matanya sayu, bukan kelelahan, hanya penuh sesak dengan rindu.
Tubuhnya tua dalam kesepian, dipenuhi dingin lumut yang membekukan jantungnya,
"Ratusan cangkir kopi pahit pernah mendewasakan kita disini...," juga membuat renta cinta yg mencari ruang untuk menetap.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan "cacian"mu dan ajarkan saya agar tetap bisa "menunduk"