Senin, 04 Maret 2013

TUHAN-TUHAN YANG LAHIR DI PAGI HARI

Wajah mereka tumpah pada dinginnya tanah pagi, terantuk kepada tuhan yang meninggi-tinggikan dagunya,
"Kami menuhankanmu," sejak kami membaca namamu dari buku-buku tebal yang halaman-halamannya tak berisi satu huruf pun.

Sementara yang lain sibuk berkasak-kusuk dengan sudut bibir memaki langit,
"Sebentar lagi kita menjadi tuhan,"
Kitalah yang selalu bisa rapat menjaga lingkaran dengan dada membusung, dengan nama besar yang kita curi dari orang-orang bodoh.

Pagi selalu melahirkan tuhan-tuhan baru, tuhan yang berisik dengan kesombongan mereka.
"Terimakasih sudah menemaniku menghabiskan secangkir lagi kopi pahit denganku Tuhan," terimakasih sudah memberiku mata dan telinga yang terus terbuka, juga hati yang tak pernah jenuh memintamu menemaniku setiap pagi. Terimakasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan "cacian"mu dan ajarkan saya agar tetap bisa "menunduk"