Rabu, 02 Januari 2013

RESLETING CELANAKU

Seperti resleting celanaku yang tiba-tiba bisa tertutup kembali setelah lama menolak rekat, meski berkali kedua sisinya pernah kupaksa menyatu, seperti itulah rindumu semalam...tiba-tiba minta melekat lagi di hatiku yang kemarin menolak untuk merasai cintamu.
Tiba-tiba rusak begitu saja, lalu tersambung seketika.
Dan sekonyong-konyong perhatianku jadi lebih besar pada resleting celanaku itu, terlebih saat merajuk jadi hal melelahkan bagiku ketika harus terjawab dengan wajahmu yang melulu cemberut,
"Aaahhh....betul khan, kedua sisi resleting celanaku tak bisa saling berciuman?!" tentu saja, karena disana pun kau masih memukul-mukul dadamu dengan egomu yang enggan menyambut rajukanku.

Selalu begitu....berkali-kali begitu,
Masih ku ingat juga, sewaktu tawamu belum sampai pada pintu itu, aku yang sibuk membaca tiba-tiba melompat menghampiri lemari pakaianku hanya mencari menengok celanaku itu dan lihat....,
"Resleting celananya merekat lekat seperti sepasang pengantin baru yang jengah melepas pelukan," dan tawamu memenuhi telingaku dari luar pintu yang tergesa-gesa kau buka. Dan hujan pelukanmu memenuhi tubuhku yang masih mengamati resleting celanaku.

Akhirnya aku semakin sering terbiasa membawa kemana pun celana itu, di dalam rumah, terlebih ketika tidak sedang di rumah. Bukan lagi untuk kupakai, karena memang sudah lama tidak muat padaku. Hanya kusimpan di dalam tas atau kupegang begitu saja kesana kemari. Jadi, tak lagi pernah aku menelponmu sekedar untuk menanyakan khabarmu ketika kita berjauhan. Ketika kau di depan mataku, entahlah kau sedang sibuk dengan burung peliharaanmu atau duduk berjam-jam dengan laptopmu, aku tak pernah lagi ambil pusing karena aku lebih memilih memperhatikan resleting celanaku saja. Menakar amarahmu, rindumu, kejenuhanmu atau bahkan sekedar untuk menawarimu sarapan pun aku masih lebih dulu menanyakanmu pada resleting celanaku.
“Kemarilah, temani aku nonton film ini. Baru saja kubeli semalam di mall, sepertinya kamu akan suka film ini,”
Buru-buru kulirik resleuting celanaku yang tergeletak di meja tempatku membaca majalah.Resletingnya saling melumat ciuman!
“Maukah kubuatkan secangkir kopi?”
“Boleh, sekalian bawakan kripik kentangnya, Sayang...,”
Benar! Resleting celanaku benar-benar sedang masyuk bercumbu.

Begitulah seterusnya, kita mulai jarang bicara sejak aku lebih sering memperhatikanmu dari resleting celanaku. Aku tak mungkin punya keberanian lebih untuk mendekatimu tanpa melirik lebih dulu apa yang terjadi dengan kedua sisi resleting celanaku. Menjauhimu pun juga kulakukan ketika resleting celanaku tidak mau saling terkait, berkali-kali kupaksa menyatu dan tetap tak mau juga menyatu, dan...sebesar apa pun aku ingin jatuh dalam pelukanmu, aku tetap tak akan berani mendekatimu, resleting celanaku belum mau menyatu!
“Kenapa selalu kau bawa kemana-mana celana itu?” suatu ketika kau pernah menanyakan hal itu tanpa melihat padaku, kau masih sibuk dengan laptopmu. Aku tidak pernah menjawab pertanyaanmu tentang celanaku, dan kau juga tidak lagi pernah bertanya soal yang sama padaku.

Aku bisa sangat panik ketika tiba-tiba kau menelponku, tapi aku lupa dimana terakhir kali meletakkan celanaku itu. Kriiiinggg....kriiiiiinnngg..... kemana celana itu? Tadi kuletakkan di atas tempat tidur, kenapa sekarang tidak ada? Krriiiinggg....kkrrriiiingggg....Tuhan, dimana celanaku?? Mungkin diatas kursi di pojokn kamar! Iya...itu dia! Krrriiinggg....kkkriiingggg....kedua bola mataku buru-buru memperhatikan resleting celanaku itu, tak mau berciuman! Kriiiinggg....Krrrriiiingggg....Biar saja, aku tak akan mengangkat teleponmu, pasti disana mukamu sedang merah dan matamu melotot. Aku tak mau mendengar bentakanmu. Resleting celanaku sedang tidak berciuman!

Kita sudah terbiasa sekian lama untuk tidak berbicara satu sama lain. Kau sering kudapati mencuri pandang padaku dengan pandangan yang aneh, seperti melihat sesuatu yang sangat janggal padaku. Entahlah apa yang membuatmu memandangku dengan pandangan aneh seperti itu. Sementara aku juga tak pernah lagi mau ambil pusing dengan tingkah lakumu selagi celanaku itu masih ada di dekatku. Tak ada perubahan yang membuat kita terlihat aneh di mata orang lain, kita masih sering datang ke undangan makan malam relasimu atau pergi berlibur sesekali dalam beberapa waktu ke tempat-tempat yang kita maui. Kau dengan semua benda-benda yang bisa membuatmu begitu sibuk ketika harus berdua saja denganku. Dan aku cukup membawa celanaku itu kemana pun di dalam tas atau kujinjing kesana kemari dalam genggaman tanganku. Tidak ada yang aneh. Kau sibuk. Dan aku masih punya teman bicara, resleting celanaku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan "cacian"mu dan ajarkan saya agar tetap bisa "menunduk"