Jumat, 04 Januari 2013

MENUNGGUMU DI BELAKANG PINTU

Aku menunggumu di belakang pintu,
Menepuk-nepuk punggung tanganku yang berkeringat dengan gemuruh hujan yang memabukkan. Sesekali mengendus aroma tubuhmu dari bahu kiriku yang kian turun,
"Langit membawa begitu banyak cerita untuk bahuku...," menumpuk diam-diam disana, penuh bunyi-bunyian dan warna-warna yang sama sekali baru untukku.

Ku tepuk-tepuk terus punggung tanganku, semilir angin mengajak cerita-cerita itu berdendang. Aku tetap belum ingin menyanyikan satu lagu pun untuk rumah yang sekian lama termenung dalam rindunya.
"Kembang-kembang kopi di seberang rumah masih runyam mengajakku bertandang pada halaman hijaunya yang lembab...,"

Aku masih tetap disini menunggumu di belakang pintu,
Mungkin nanti kau akan datang dari jendela bening di samping bahu kananku, seperti biasanya ; tergopoh-gopoh membawakanku sebait puisi tentang rindu-rindu yang tertidur lama di keningmu.
"Aku masih menunggumu dengan umur yang kian bertambah," dalam rindu yang entah apa namanya ketika menghuni dadamu,
"Aku masih menunggumu disini...,"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan "cacian"mu dan ajarkan saya agar tetap bisa "menunduk"