Seperti lenyapnya hangat semalam
Nyaris sempurna untuk puisi-puisi bisu
Terseduh pekat, menghitam untuk kelopak mata
Tak lagi berani berseru
Meski tetap hangat menggenggam rindu
Biar saja terdiam, sampai kelak berontak
Mengerak pada ceruk terdalam, berbekas sesaat
Ini cangkir kopi kesekian,
Nikmat menyabung rasa dalam lara yang panjang
Meragu untuk sekian cangkir dalam segenggam embun
"Aku hanya prasasti, setia pada keheningan yang kau rajah,"
seperti kopi hitam pagi ini, hitam pekat, hambar.
BalasHapuslayaknya mengharap sesuatu dalam kesesatan yg tiada ujung.
Sepagi ini dengan secangkir kopi hitam tanpa gula,
Hapus"Kemarilah, kita hanya perlu lebih banyak waktu untuk bicara...,"
Pagi Ngulati Wangsa, mari ngopi.
Pagi juga mbak...
BalasHapusMari...:)