Sewaktu semerbak wangimu mengajak bermimpi
Menemui senjamu dan abu-abu yang berkecamuk
Bernyali menuliskanmu dalam sajak-sajak panjang
Huruf-hurufku berurai di atas selimut,
Kelelahan merangkai kisah, enggan berjudul
Entah siapa yang lebih dulu menjauh, entah kapan
Hanya sekejap merajai tapak-tapak kaki pada takdir
Aku memilih rindu pada kembang-kembang kopi,
Kerap datangku terlambat menengokmu mekar di hati
Tak ada jenuh dalam kembang-kembang semerbakmu disana
Masih mewangi pada musim bertumpuk kabut, "Tetap mekar untukku,"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan "cacian"mu dan ajarkan saya agar tetap bisa "menunduk"