Selasa, 25 Desember 2012

DUA CANGKIR KOPI PANAS

Disinilah kita berbeda,
Sepagi ini kau sibuk menyalakan tungku pemanas di sudut bibir mereka agar senyum mereka menyala bersama pagi yang beranjak,
"Tangannya menyentuh langit! Aku juga mau mengusap langit..,"

Sementara dari dalam jendela besar ini, dibawah selimut lembut yang menadah doa-doaku dari semalam, hening dan kabut ini masyu' kunikmati,
"Sebentar lagi akan kuseduh dua cangkir kopi," diam berlama-lama melihatmu yang belum juga lelah berjinjit.

Menikmatimu dari sini dengan kaki selonjor;menikmati berisiknya harimu dengan kepalaku yang ditumbuhi hijaunya padi-padi baru dan sedikit kemilau bentukmu dari seberang dua cangkir kopi panas di atas meja.
Ya, dua cangkir kopi panas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan "cacian"mu dan ajarkan saya agar tetap bisa "menunduk"