Seperti biasa...sampai pagi berdebum pada dadaku yang rebah, mengadu pilu pada halaman belakang yang terus mekar ; di datangi rindu-rindu baru, di ajak berlarian pada jalan-jalan panjang berujung teduh rindang pohon Akasia, dibasuh lirih bening air dari parit di bahu rumahnya.
Tiba-tiba aku tersadar,
"Sepanjang itukah waktu kutinggalkan untuk menikmati mauku padamu?"
Selama sibukku memasukkan senyum, tatap mata, bisik dan mimpi-mimpimu pada kotak kayu di gudang belakang rumah yang bertumpuk-tumpuk, meninggi...menjauhi dadaku yang masih rebah di halaman belakang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan "cacian"mu dan ajarkan saya agar tetap bisa "menunduk"