Rabu, 26 Desember 2012

ODE DI HALAMAN BELAKANG

Tak lagi ada yang membuat rumput-rumput hijau dihalaman belakang terkejut, bahkan kalau tak satu pun khabarmu memburu pagi untuk segera naik. Embun dulu yang datang, lalu matahari, sebentar kemudian senja, dan gelap malam...seperti itu sepanjang waktu. Kau, beberapa cerita, sekian rindu menunggu, kerap terbungkam dan lalu jejakmu luruh dibawa deras hujan.

Seperti biasa...sampai pagi berdebum pada dadaku yang rebah, mengadu pilu pada halaman belakang yang terus mekar ; di datangi rindu-rindu baru, di ajak berlarian pada jalan-jalan panjang berujung teduh rindang pohon Akasia, dibasuh lirih bening air dari parit di bahu rumahnya.

Tiba-tiba aku tersadar,
"Sepanjang itukah waktu kutinggalkan untuk menikmati mauku padamu?"
Selama sibukku memasukkan senyum, tatap mata, bisik dan mimpi-mimpimu pada kotak kayu di gudang belakang rumah yang bertumpuk-tumpuk, meninggi...menjauhi dadaku yang masih rebah di halaman belakang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan "cacian"mu dan ajarkan saya agar tetap bisa "menunduk"