Sepagi ini dia tampak begitu pucat, sepucat selimut diatas ranjang yang tak berani lagi mengajakku bercerita.
"Aku merindukan berlembar-lembar cerita dari halaman yang menguburku di dadamu,"
Dadanya tak pernah lupa menghuni jendela kamarku sejak pagi meminta senja datang.
"Jangan mencari wajahku dari bawah celah pintu, aku tak akan pernah berani membawa raut mukaku padamu...,"
Hatiku tak pernah mengingkari jendela bening tembus pandang di dadamu, tapi bisakah kau buat percaya mataku yang terus menunggu raut wajahmu dari bawah celah pintu kamarku?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan "cacian"mu dan ajarkan saya agar tetap bisa "menunduk"