Selasa, 02 Oktober 2012

JALANAN HENING DI KENINGNYA YANG BERPASIR

Sampai lagi helai-helai rambut perakku di bibir laut ini. Kilau peraknya sedikit mewarnai hitamnya sekitar yang gulita. Tak satu pun bintang ada di telapak tanganku, hanya ada garis-garis putus. Garis-garis terhenti yang terdiam mendapati persimpangan dalam hening yang membingungkan.

Kujalin satu persatu burai rambutku yang berlarian menjauhiku, jangan mencari sejarah tentang kemarin tanpa memintaku mengangguk, jangan! Tunggu saja butiran-butiran pasir itu jatuh dari keningnya yang berundak-undak. Tunggu kaki-kakiku yang kelelahan menapaki maunya satu-satu.
"Aku sudah ringkih,"
Terlalu pongah untuk mengartikan persimpangan-persimpangan yang terus memenuhi pelupuk mataku dari pagi hingga pagi lagi.

Mungkin waktuku sudah tak lagi sebanyak butiran-butiran yang jatuh satu-satu dari leher sempit botol berpinggang ramping ini. Mungkin.
"Tiap butirannya membuatku menunggu,"
Menghitung kematian dengan telapak tangan yang terus menengadah. Aku jera.

Kemarin garis-garis di telapak tanganmu tak pernah terasing membaca persimpangan-persimpangan tempat cerita kita kupermainkan seperti permainan petak umpet ; aku menyembunyikan hatiku, kau mencarinya...ya, meski kau tak pernah menyembunyikan pagi di bola matamu yang berpasir.
"Ayolah..., nikmati lagi permainanku," Biarkan aku mencatatmu pada keningku yang kian masa kian berundak, bertumpuk memenuhi senyumku.
Diam saja disitu, aku akan menghampirimu untuk menghapus peluh yang luruh dari keningku, tunggulah.

Tidak! Aku sudah harus menghancurkan jam pasir ini dan memasukkan butiran-butiran pasirnya ke dalam mataku yang makin temaram. Aku akan melarungmu disini, di keningmu yang biru, berombak dan terus menjauh. Aku akan berhenti menjalin helai-helai rambut perakku dengan senandung tentang kejenuhan yang nantinya membawakan jawaban hening pada tipis telingaku sebelum tuli kian mendera. Aku tak sabar untuk itu.

2 komentar:

  1. Jelek! Ajarin.
    Keganggu sama tanda petiknya, di sana di situ (bukan disana, pun di situ) memang harus pakek tanda petik?
    Setahuku, setelah koma pakek huruf kecil, bukan kapital. Ah, mungkin aku keliru saja membacanya. Itu "botol berpinggang ramping" nya HOT deh.
    Salam,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalo' saja anonim gak sering ngilang, mungkin saya bisa lebih pinter soal tanda baca dan penempatan huruf besar dalam tulisan saya, hhmmm...

      Hapus

Tinggalkan "cacian"mu dan ajarkan saya agar tetap bisa "menunduk"