Aku tidak suka memasukkan benang ke lubang kecil jarum, mengikat
simpulnya, lalu menusuk-nusukkannya pada selembar kain yang terpisah dan
menyatukannya kembali. Berkali baju yang hanya satu-satunya ini
terkoyak waktu, berkali-kali lagi harus sobekan yang melulu di bagian
ini kupaksa bersatu lagi.
Aku tidak suka...
Manakala pada batas langit dan aspal di jalan bebas hambatan sewaktu
siang menggila panasnya menjadikanmu titik hitam, tapi membuatku harus
maklum dalam penantian di jeda waktu yang memuakkan.
Lalu sewaktu aku hendak berpaling, genangan airmata dan rasa sakitmu
yang membutuhkanku, sekali lagi menawarkan semua rasa pahit di pangkal
lidah. Sampai begitu kurang ajarnya kelancanganmu memandulkan insting
binatangku.
"Aku jendela pagimu,"
Bius lokal! Aku terbuai dan efek biusnya melumpuhkan nalar, merobohkan
pagar-pagar beton di raut mukaku. Dan lahirlah kebodohanku ; memilih
berpura-pura semua akan segera baik-baik saja. Padahal di saat
bersamaan tiga perempat rasaku terlanjur menguap tanpa paksaan,
"Aaahh...aku tidak suka menjahit!"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan "cacian"mu dan ajarkan saya agar tetap bisa "menunduk"