Sabtu, 30 Juni 2012

WAJAH PAGI DI SEBERANG JENDELA

     Pagi berembun yang semalam kunanti datangnya, sekarang ada di telapak tanganku. Mataku masih merajuk pada sisa malam dibelakang pungung. Ah, ini sudah pagi, pagi yang lembab. Ada senyum segar terlihat disana, senyum dari wajahmu yang sepanjang musimku menunggu terus kucumbu dengan jarum jam, tik tak tik tak tik tak...

Aku kehilangan gurat-gurat wajahmu sedari kuberanikan diri menyuntikkan rindu pada hatiku yang lama dihidupi benalu. Hatiku berkeras menyimpanmu pada malam sampai kulupakan puluhan pagi berkilau hanya dengan terus memadatkan hati menjadi muram. 

Dan sekarang kau ada di telapak tangaku, mungkin lebih tepatnya kenangan tentangmu yang ada di telapak tanganku. Ya, hanya kenangan ; remah-remah setia yang terus berguguran dari telapak tanganku yang lelah menengadah. Sementara kau ada disana, di seberang jendela bening, berjarak lima senti dari tempatku duduk tertunduk pagi ini. 
"Aku tak berani menatapmu...," biar saja kupandangi sisa-sisa kenanganku tentangmu berserakan dilantai kamarku yang basah dengan airmata. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan "cacian"mu dan ajarkan saya agar tetap bisa "menunduk"