Seluruh lalumu cinta
Terisi penuh dengan rindu merindu
Terjawab erat pelukan rasanya merasa
Semua katamu tentangnya, dia cintamu
Seluruh kinimu rindu
Berpuluh syair berkulit megahnya kenangan
Bermuara tanpa ampun terus teruntuk lalu
Semua resahmu hanyalah dia, dia memilikimu
Dia terus ada, kau minta ada
Dia masih ada, tak pernah ditiadakan
Dia yang ada, mentertawakan rinduku
Dia saja, selalu dia yang mengencingi mauku
Dia di hatimu, rusukmu, lidahmu juga kemaluanmu
Dia mendesah resah ketika kau gumuli dalam gairah
Dia mencabik-cabik dalam ketelanjangan yang kusajikan padamu
Dia di sekujur tubuhku...kau paksakan ada padaku ketika aku rebah
Terisi penuh dengan rindu merindu
Terjawab erat pelukan rasanya merasa
Semua katamu tentangnya, dia cintamu
Seluruh kinimu rindu
Berpuluh syair berkulit megahnya kenangan
Bermuara tanpa ampun terus teruntuk lalu
Semua resahmu hanyalah dia, dia memilikimu
Dia terus ada, kau minta ada
Dia masih ada, tak pernah ditiadakan
Dia yang ada, mentertawakan rinduku
Dia saja, selalu dia yang mengencingi mauku
Dia di hatimu, rusukmu, lidahmu juga kemaluanmu
Dia mendesah resah ketika kau gumuli dalam gairah
Dia mencabik-cabik dalam ketelanjangan yang kusajikan padamu
Dia di sekujur tubuhku...kau paksakan ada padaku ketika aku rebah
marah. marah. marah. jangan marah2. kalo marah mesti pake pentungan, biar sekalian ilang marahnya. kalo nulis, mesti pake..... apa aja biar bagus, biar mendalam, biar realita yang ada, bisa tetep marah tapi gak kelihatan marah, tapi yang baca tau kalo kamu sedang marah.
BalasHapusbingung ya. sama aku juga hehehehehe
apa kabar
@ Mas Citra D. Vresti Trisna : Nah ya itu lho mas yang masih gagal terus kupelajari darimu, hiks!
BalasHapusAlhamdulillahs ehat mas, apa khabar juga?