Jumat, 20 Januari 2012

MENCABULI HUJAN

Mataku terpaku
Telingaku kedap, bisu
Jari jemariku membeku
Tubuhku memangku duka palsu
Mengering dalam gerimis yang kaku

Disana kuhangatkan tubuh
Ketika memintamu adalah kemustahilan
Penghiburan tak lagi pernah berlabuh
Kupersilahkan keramaian mengawali ketiadaan
Aku menggigil dalam hangatnya sejarah lusuh

Menyibakmu dari labirin tabunya malamku, seperti...
Berkali meneteskan airmata dalam pergumulan telanjang
Terus menikamkan tubuh-tubuh beringas di altar sunyi
Memintamu berhenti, tak terhentikan, lalu tak berpulang
Akulah balada tentang rasa yang mencabuli hujan seorang diri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan "cacian"mu dan ajarkan saya agar tetap bisa "menunduk"