Selasa, 13 Desember 2011

TERUNTUK ANAK-ANAK TANPA NAMA

Ku ingat betul bagaimana caramu memaki
Suara keras dari mulutmu bagaikan halilintar
Sakit tendanganmu masih kuingat dengan hati
Tiap malam kulihat ibu menyayat nadinya agar kami mati

Aku tak pernah ingin ada dan terlahir
Aku tak pernah memilih untuk jadi anak haram
Ketika aku terpaksa ada diantara kalian, akulah yang terpandir
Ketika aku terlahir disaat kalian tak menginginkanku, aku terbungkam

Kudengar lamat gerutumu tiap jantungku makin kuat berdenyut
Sekali lagi, dengan kebencian kau putar otak untuk membuatku mati
Setiap hari adalah kau dengan imajinasimu tentang takdirku yang ingin kau renggut
Teriris hati ketika sorga tempatku menumpang makan pun tak menginginkanku lagi

Aku tak pernah ingin kalian bunuh
Aku tak pernah bisa berontak untuk menolak kebencian kalian
Ketika akhirnya aku tetap ada diantara kalian, akulah anak yang terbunuh
Ketika aku hadir di antara kebencian yang membuncah, aku telah kalian kebumikan

Kami anak-anak terbuang yang memenuhi selasar malam dengan kebisuan
Tak pernah miliki dunia dalam tawa di ujung bibir, kami kematian yang di hidupkan
Kami anak-anak penuh noda yang tak pernah melupakan dosa-dosa kalian
Tak pernah tahu bagaimana terangnya dunia, kami kehidupan yang di sembunyikan

Kenapa tetap mecibir ketika sudah tak lagi ada yang bisa kami rasakan?
Kenapa terus kalian sembunyikan ketika kami tak pernah miliki penglihatan?
Kami anak-anak tanpa nama Bapak, hanya kode-kode angka penanda di pergelangan
Kami anak-anak tanpa air susu Ibu, sudah lama terbunuh meski belum terbungkus kafan

2 komentar:

  1. @ mas Ramadhani :
    Perasaan saya gak enak kalo puisiku ada yang mas Dhani suka :D:P
    Thanks udah mampir dan berkomentar di blog saya lagi mas Dhani.

    BalasHapus

Tinggalkan "cacian"mu dan ajarkan saya agar tetap bisa "menunduk"