Jangan ceritakan apa pun padaku tentang embun
Yang katamu sejuk menyapa ujung-ujung jemari kaki dibawah selimut
Jangan juga kau bisikkan padaku tentang hangatnya mentari
Yang kata mereka selalu mengajak bijak mimpi-mimpi untuk berlarian
Aku adalah pemilik malam
Yang menutup mimik dengan tebal riasan untuk menerangi malam
Yang memekakkan cuping telinga dari semua hangatnya kata sanjungan
Aku bersinar untuk setiap malam tanpa doa-doa induk ketika kalian tak ada
Kami para pemilik malam yang berpuisi dalam hingar bingar pengkhianatan
Akulah biang rangsangan pengharap ikat akad yang dibekukan noda kenistaan
Akulah pemilik malam yang pernah berteriak dalam tangis darah tanpa kepedulian
Ini puisi para pemilik malam penikmat hujatan yang mulutnya penuh ayat-ayat suci
Yang katamu sejuk menyapa ujung-ujung jemari kaki dibawah selimut
Jangan juga kau bisikkan padaku tentang hangatnya mentari
Yang kata mereka selalu mengajak bijak mimpi-mimpi untuk berlarian
Aku adalah pemilik malam
Yang menutup mimik dengan tebal riasan untuk menerangi malam
Yang memekakkan cuping telinga dari semua hangatnya kata sanjungan
Aku bersinar untuk setiap malam tanpa doa-doa induk ketika kalian tak ada
Kami para pemilik malam yang berpuisi dalam hingar bingar pengkhianatan
Akulah biang rangsangan pengharap ikat akad yang dibekukan noda kenistaan
Akulah pemilik malam yang pernah berteriak dalam tangis darah tanpa kepedulian
Ini puisi para pemilik malam penikmat hujatan yang mulutnya penuh ayat-ayat suci
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan "cacian"mu dan ajarkan saya agar tetap bisa "menunduk"