Laki-lakimu hilang lagi
Seperti laki-lakimu yang kemarin
Datang dari sekotak bening beling
Mengetuk hati katanya teruntuk cinta
Mengajakmu berdansa pada mimpi-mimpi
Menggerayangi tubuhmu sewaktu kau terbius
Menamaimu cinta terindah dalam sepanjang hidup
Menyayat dan memaksa masuk dengan mantra kasih
Lalu...hilang ketika pagi menghampiri jiwamu yang ternoda
Laki-lakimu hilang lagi
Seperti laki-lakimu dari musim lalu
Datang dari sekotak bening beling
Membisikimu cinta lalu mengajak bercinta
Memeluk tubuhmu lalu menelanjangimu
Mencium keningmu tapi kemaluannya keras
Merebahkanmu bukan didada tapi dibawah tindihannya
Menyentuh hatimu tapi kasar memasuki selangkanganmu
Lalu...laki-laki itu hilang ketika cinta dujung kemaluannya terpuaskan
Lalu untuk apa kau tangisi mereka
Kalau hadirnya hanya untuk selangkanganmu?
Kalau cintanya teruntuk ketelanjanganmu saja?
Kalau pelukannya tak lebih dari bisa pembius sadarmu?
Buang mereka teruntuk cinta yang tak pernah mereka rasa
Ludahi mereka demi sekujur tubuhmu yang mereka lacurkan
Kau pencari cinta untuk cinta yang kau yakini tanpa harus bertukar kelamin
Kau bukan rindu-rindu palsu pada ujung kemaluan yang membunuh kultusnya rasa
Kau pemuja kesetiaan yang kelak bertemu muara hati, airmatamu bukan untuk mereka!
sukaaaa mbak
BalasHapussy guru bahasa ind d smk, slalu q baca puisi pean..heheee banyak jempol bwt pean, tetap berkarya ya..
BalasHapusMas/mbak,
BalasHapusTerimakasih sekali dengan kunjungan dan apresiasinya ke blog saya.
Mohon bimbingan dan sentilannya, terlebih sampeyan guru Bahasa Indonesia.
Saya sangat awam di dunia puisi.
Pean, org Jatim juga kah?
Salam kenalku ya ;)