Rabu, 30 November 2011

KAMBOJA PUTIH DI ATAS BUKIT TANYA

Ini tentang kita yang saling mencumbu punggung di bawah rindang kamboja putih pada satu senja di atas bukit berhias mendung dan udara yang membuatku menggigil,

Dulu ku daki bukit ini dengan luka dan airmata, sayang
Tak ada peduli ku ketika dari kedua mata ini darah itu mengucur
Sayang, aku hanya ingin sendiri sesampai ku di atas sana
Ku tinggalkan semua harga diri yang lalu ku ludahkan begitu saja
Dan aku sampai disini!
Sendiri menghibur diriku yang masih memuja pilu
Meminum lagi airmataku untuk diri yang belum mau berdamai
Meratapi diriku sampai ku dapati dirimu disamping ku
Dirimu yang menangis lebih hebat dalam pilu, ya...dirimu
Kau disini bersamaku,
Dirimu yang ku kenali bak cermin diriku yang kemarin
Diriku yang masih berseru pada harap ketika terus menangis,
"Berikanku lagi satu hati yang lelah mencari, biarkan kami mendapati..."
Dirimu yang ingin ku miliki ketika dulu aku menangis tanpa pemilik
Diriku yang lelah mencari namun masih meminta dirimu datang
Kita disini sekarang,
Tak lagi berani meminta meski masih menyimpan harap
Bilakah kau berikan duniamu untukku sekarang ketika dengan sisa hati terakhir kuberikan semuaku padamu?

Kamboja tua ini akan bertemu lagi dengan kemarau dan membuang ranting-ranting tuanya. Mungkin akan mati dan tak lagi bisa membuat kita meneduhkan ratapan kita. Apakah kita masih akan bertukar punggung dengan luka yang kita cintai ataukah kau buang punggungmu untuk senyum di musim kemarau yang menguatkan kamboja tua kita?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan "cacian"mu dan ajarkan saya agar tetap bisa "menunduk"