Pagi adalah sisa alkohol
Tubuh rapuh yang menolak
Kejujuran yang konyol
Dan terang yang kau tolak
Senja menanyaimu,
Inikah hari yang belum juga hendak kau akhiri?
Biduan harus selalu merdu
Hidup belum membawa mati ketika hatimu tak pernah mau pergi
Malam adalah episode hidup biduan kamar sebelah
Terus bernyanyi diantara sentuhan pembeli tubuhmu
Membunuh tangis dengan bir dalam harap akhir kisah
Kau biduan kamar sebelah yang terus menipu diri dengan lagu pilu
Kaulah biduan kamar sebelah tanpa garis takdir
Terbuang pada malam-malam dimana kau cari arti bahagia
Kaulah penghibur yang tak pernah terhibur di batas akhir
Terus mencari diri pada legamnya malam dalam tuanya lelakon drama
...lumayan....mestinya puisi itu bs jadi cerpen yg bagus...atau novel !....banyak yg ingin km ceritakan tentang "biduan kamar sebelah"....tp terbatas ruang dan kata dalam ber-puisi....maka biar tuntas jadikanlah saja "biduan kamar sebelah" itu semua ceritera....
BalasHapusJaya Wardhana
@ Masku :
BalasHapusKamu yang bikinin novelnya mas.
Tumben nyempil&ikhlas berkomentar kemari kamu mas, kesamber inboxku ya?
:P
Kangeeeeeeeeeeeeennnnn :(
Setuju, ini bisa jd novel :(
BalasHapus@ mbak Kit :
BalasHapusLhoooo...lha kok melok mewek mbak? :P
Tak sulap jadi novel ini ntar ya, tak bawa ke Rose Management, piye mbak? ;)