Nenekku Ronggeng, bukan perempuan jalang
Pinggulnya lincah menari berteman selendang
Ayu tanpa cela bahkan di benderangnya siang
Dia pelajari langkah tari hingga tumitnya ketat
Siang malam terus melatih diri tak kenal kiamat
Nenekku penari, bukan penjaja aurat
Ibuku juga Ronggeng, bukan penjual diri
Senyuman di ujung bibirnya laksana prasasti
Matanya adalah irama tarian dalam alur suci
Dia menari sejak belum terlahir dari rahim
Merah darah Ronggeng membuatnya begitu takzim
Ibuku penikmat gamelan, bukan penari zalim
Aku Ronggeng yang tak pernah terlahir
Yang kalian paksa mati ketika rahim ibuku kalian koyak tanpa akhir
Aku bakal anak seorang Ronggeng yang terus kalian cibir
Yang merasuki tubuh kalian dan menari pada malam-malam tak biasa
Aku Ronggeng tanpa raga dan raut muka
Tetap akan menari dengan airmata leluhurku yang selalu kalian pandang hina
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan "cacian"mu dan ajarkan saya agar tetap bisa "menunduk"