Sabtu, 29 Oktober 2011

SEMUSIM RINDU DI BERANDA

Di beranda pikirku tiap senja
Kupugar bulirbulir memori yang kian sirna
Hanya aku
Tentang kita yang dulu satu

Hening kesekian tanpamu
Kusesap bekas bibirmu pada ujung malam
Senyummu dipelupuk mata,
“Masih kau disekujur getar mauku merindu…”

Timur barat memerah seperti seharusnya
Dedaun masih gugur tumbuh menjejaki harusnya
Semua pada kelayakannya
Begitupun getargetar rasa
Padamu
Padaku
Kuyakini masih kan ada pelangi esok
Setelah badai, kelak!
Bukan milik kita
Masing-masing dari kita
:doaku untuk kau dan aku

Kupandang janjimu dilangit-langit angkasa
Engkau saja muara harap dan pintaku
Seperti mantra-mantra malam memanggil
Akulah ujung tujumu tanpa sisa ragu untuk cinta

Getar hati pertama menghangati relung sukma
KauAku terkesiap siluet cinta tanpa niat khianat dan pisah
Seharian mengawinkan padu rasa teruntuk mekarnya kembang hati
AkuKau sepikat warna cinta, penuh gegap gempita mencibir dunia yang sendiri





(Festival Puisi Kolaborasi Kompasiana-28/10/2011 : Edo&Yayag Yp)

2 komentar:

  1. menarik sekali membaca baris penutupnya mbak, "penuh gegap gempita mencibir dunia yang sendiri". barangkali ini ungkapan kedua penulis yang terpisah jarak, diberandanya masing-masing dalam FPK hehe

    salam

    BalasHapus
  2. @ Mas Budi Sudarmanto :
    Padahal dunia begitu berisik ya mas, sok-sok an aja neh yang nulis bagian itu pake' mencibir dunia yang katanya sendiri, hehehe...

    Semoga betah di blog saya mas ^.^

    BalasHapus

Tinggalkan "cacian"mu dan ajarkan saya agar tetap bisa "menunduk"