Rabu, 19 Oktober 2011

SAJAK PENYAIR MATI

Penyair mati ketika sajaknya hanya sampah
Sewaktu mahkota kepala meminta tumpah ruah
Dengan semua keAkuan diatas logika membumi
Kata-kata itu dari tanah, udara dan air, kawan!

Sajak penyair itu mati tanpa doa para peziarah
Hanya buih kata-kata keAkuan nisan kuburmu
Mati ketika apa yang didapat dari alam kau ingkari
Perut bumi itu semua sajak, bukan isi kepala penyair!

Penyair itu dibunuh sajak-sajaknya sendiri
Ketika tawa penyair mengangkangi  bisik tanya anak alam
Penyair itu mati tanpa kesucian puluhan makna kata, tak satu pun...
Mati karena sajak yang membuatnya jadi penyair tanpa pijak bumi

6 komentar:

  1. aku senang dengan sajak ini. menarik, seperti yang kurenungkan dan ku risaukan bersama kawan2 di sini: bila orisinalitas itu omong kosong.
    disamping itu metoda berbicara dengan benda mati, berdialog, meminta ijin, sangat relevan dalam dunia kreatif.

    penyair itu sejengkal lebih dekat dengan neraka, ketimbang orang biasa. ia menanggung beban dari setiap diksi yang membangun sajaknya. perenungan yang menarik, yag. keep writing.

    satu pertanyaanku: kamu kenapa?

    BalasHapus
  2. You've got the messages by this poems mas, sampe' nanyanya kesana, hehehe...
    Jadi pengen ngopi sama kawan-kawanmu itu kalo yang diobrolin berat-berat begitu. Perempuan boleh ngerokok khan deket kalian?

    Kamu juga, teruslah menulis, aku nunggu yang lainnya!

    BalasHapus
  3. hahahahahahahaha nyantailah. aku biasa sama perempuan yang ngerokok. gak ada msalh kok. nyantai aja. aku merdeka kok orangnya.

    iya kaya gitu, tapi mereka orang biasa aja kok. jangan anggep, harap yang terlalu tinggi dariku dari temenku. masalahnya aku orang biasa aja kok. kalo nanti pas maen ke sby, jangan berharap ada pelajaran berharga buat perbaikan sajak kamu, bahkan pelajaran hidup. datang aja sebagai teman. kalau nantinya ada yang bisa dibwa pulang, itu bonus. oke

    BalasHapus
  4. Jangan anggap juga aku orang yang tidak sama dengan kamu dan temen-temenmu mas, sama...aku bukan siapa-siapa.
    Enak begitu kali begadang dengan laki-laki semalaman bareng kopi, rokok dan obrolan panjang, seruuuu....semoga bisa secepatnya sowan kesana mas.

    BalasHapus
  5. @ mas Rori :
    Insyaallah mas, nanti ku khabarin lagi ;)

    BalasHapus

Tinggalkan "cacian"mu dan ajarkan saya agar tetap bisa "menunduk"