Ketika kulipat rindumu di sekat hati
Menyepakati perjanjian keramatnya untuk kata tunggu
Sempat kusisipkan racun diujung lidah
"Kau seorang pemilik luka liku cinta dan airmata ini,"
Sewaktu kutunggu kau disini berteman hujan
Menyuka rinduku pada lirih marah yang menusuk rusuk
Racun setia itu masih kusesap lamat-lamat
"Masih kau seorang penanak resah galau dan risau rinduku,"
Jeda masaku tanpamu yang melulu sembilu
Terus memaksaku menelan tawar racun tanpa nama
Sekian anak tangga kesetiaan yang kupijak menyeru padaku
"Arah mata angin tidak pernah berubah, hanya sesekali datang dengan beberapa nama..."
Menyepakati perjanjian keramatnya untuk kata tunggu
Sempat kusisipkan racun diujung lidah
"Kau seorang pemilik luka liku cinta dan airmata ini,"
Sewaktu kutunggu kau disini berteman hujan
Menyuka rinduku pada lirih marah yang menusuk rusuk
Racun setia itu masih kusesap lamat-lamat
"Masih kau seorang penanak resah galau dan risau rinduku,"
Jeda masaku tanpamu yang melulu sembilu
Terus memaksaku menelan tawar racun tanpa nama
Sekian anak tangga kesetiaan yang kupijak menyeru padaku
"Arah mata angin tidak pernah berubah, hanya sesekali datang dengan beberapa nama..."
"Arah mata angin tidak pernah berubah, hanya sesekali datang dengan beberapa nama..." ini inspiratif mbak
BalasHapusseolah ada misteri yang terpendam dalam judul ini, kenapa "mata angin rinduku berganti nama"
@ Mas Budi Sudarmanto :
BalasHapusLhooo...kok kelewatan aku komentarmu yang ini ya mas, hehehe...
Ganti nama, ganti obyek penderita mas Bud :D