Senin, 29 Agustus 2011

PUNGGUNGMU TAK LAGI BERCERITA


Kau yang kucinta karena pernah menautkan harap pada aku yang mendamba, kuingat kau dalam imagi yang meredup. Dalam dekapku kurengkuh semua kisahmu yang tak pernah kau buka untukku. Masih rapi terkunci dalam kotak pandora yang beku untukmu sendiri. Tak pernahkah kau rasa getar hangatku ingin menjauhkanmu dari semua dukamu yang kelam itu?
Kau yang kurindu karena pernah menancapkan mimpi padaku untuk kelak kita, kuusap lembut keningmu yang menua dengan gurat takdir yang pernah menadirkan kau dalam nelangsa, pernahkah kau merasakan kala tiap usap jemariku dikeningmu mengukirkan janji, bahwa rajam kejam apa pun di bumi ini tak akan pernah kau lewati tanpaku?
Kau yang kuiinginkan karena pernah menyanggahkan kepercayaan diri untukku yang terlunta demi satu penghargaan, kudekap ragamu yang lelah dalam luasnya pelukku. Kuharap agar sampai kapan pun kerasnya hidup mencambukmu, aku selalu hangat menenangkan dalam dekap, pernahkah kau rasakan sayap cintaku tak akan terkatup untukmu?

Diakhir semuanya,
Kau tinggalkan aku di pagi yang dingin dalam gelap dengan punggungmu yang lelah tanpa pernah menengokku untuk memelukku lagi dalam hiasan maaf dan janji yang ingin kau ikatkan untukku.
Terpekur aku meratapi punggungmu yang menjauh dariku yang lunglai gontai tanpa daya. Dan disanalah aku meratapi kepergianmu, "Punggungmu tak lagi bercerita untukku yang tak pernah lelah mengharapmu mengucap sekali saja kata, "Aku pernah mencintaimu...,"

Berselang setelah semuanya berakhir,
Kudapati matamu begitu marah pada hari yang keamrin kau lewatkan tanpa aku. Segunung sesal kudapati lamat-lamat dikedua matamu yang meredup. Kau peluk aku begitu erat malam ini hanya dengan kedua matamu dan hari yang kau tahu adalah hari terakhir yang kau mau habiskan denganku.Ceritamu tak pernah habis untukku, tawamu tak pernah ingin meninggalkanku. Kau yang selalu membuatku jengah hingga kujatuh dalam pongah. Kau juga yang memohonkan segenap pinta maaf dalam ujung yang tak pernah rela kau tebus. Mati harus kau jalani sendiri, mati juga yang kau mau untuk tetap berdampingan denganku yang masih juga mendamba arahmu untuk rekam masa yang harus kutempuh tanpa adamu lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan "cacian"mu dan ajarkan saya agar tetap bisa "menunduk"