"Sejak kapan sajak-sajak pendek itu tumbuh tak seberapa di kedalaman matamu?"
Sedari kau punguti satu-satu hurufnya dari mulutku yang terkatup, tak lagi ditemui tanya, sajak-sajak melacurkan sepi.
Sepanjang malam memaki kemarin pada tembok kamar temanmu mengadu adalah pemujaan paling konyol dari sekian angka-angka di kalender dinding yang kau turunkan paksa,
"Hei, bilamanakah kau tundukkan dagu dan mengucap maaf pada pagi?"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan "cacian"mu dan ajarkan saya agar tetap bisa "menunduk"