Selasa, 15 Oktober 2013

TAK ADA APA PUN DI MATAMU

Sudah sepanjang musim, halaman belakang rumah tak menemu gerimis. Semua mengering dalam kehendak. Terlalu jenak menunggu dalam lamunan panjang,
"Sebait saja puisi itu tak pernah dimulai,"
Tak akan lagi ada bening tetes-tetes hujan di kedua pipinya yang masih tengadah menunggu awan menangis,
"Bagaimana mungkin berkeras hati untuk membaca puisinya, kalau satu huruf pun tak pernah didapatinya dari kedua matamu?"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan "cacian"mu dan ajarkan saya agar tetap bisa "menunduk"