Senin, 14 Oktober 2013

KELAKAR UNTUK TUHAN

Akhirnya kita bisa menatap langit malam sambil terbahak. Tertawa lepas untuk tuhan-tuhan baru yang berjalan mendongak menuju langit. Lalu tuhan-tuhan itu menjadi bintang.
"Kalau saja hari itu kita memilih menjadi tuhan, mungkin..," bukan secangkir kopi dan sebatang rokok yang menemani kelakar kita malam ini.
"Sstt.., tuhan-tuhan itu sedang ribut," ribut membenarkan bait-bait puisinya, ribut dengan hitam dibawah matanya, ribut dengan tuhan dalam dirinya sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan "cacian"mu dan ajarkan saya agar tetap bisa "menunduk"